Kamis, 12 Februari 2015


Peti Nuri Bey


INI kisah Nuri Bey. Seorang Albania terhormat dan bijak. Ia menikahi seorang perempuan yang jauh lebih ranum darinya.

Suatu sore, ia pulang lebih  gegas dari biasanya. Seorang dari banyak pelayan menyambutnya dengan aduan. “Istri Tuan bertindak mencurigakan. Di kamarnya ada sebuah peti besar, cukup besar untuk ditempati seorang laki-laki. Peti milik nenek Tuan itu seharusnya berisi bordian kuno. Tapi istri Tuan tak mengijinkan saya, pelayan yang paling tua ini, untuk melihat isinya.”

Nuri pergi ke kamar istrinya. Ia melihat sang istri duduk bersedih di samping peti kayu besar itu. “Maukah kau tunjukkan padaku apa isi peti itu?” Nuri bertanya.
“Karena kecurigaan pelayan yang seorang itu, atau karena kau tidak percaya padaku?” Istri Nuri balik bertanya.
“Bukankah akan lebih mudah bagimu membukanya, tanpa berpikir alasannya?” lagi Nuri melempar tanya.
“Aku rasa itu tidak mungkin.”
“Apakah peti itu terkunci?”
“Ya.”
“Mana kuncinya?”
Istri Nuri menggenggam kunci peti itu. “Usir pelayan itu dan aku akan memberikan kunci kepadamu.”
Pelayan diusir. Perempuan itu menyerahkan kunci pada Nuri, lalu mundur.

Nuri Bey berpikir. Lama. Lalu ia memanggil empat tukang kebun. Bersama Nuri, mereka membawa peti itu malam hari, tanpa membukanya, ke bagian tanah yang paling jauh. Dan menguburnya.


Persoalan itu tak pernah disebut-sebut lagi.